JAKARTA - Forum Betawi Rempug (FBR) gelar acara milad ke-22, dengan tema “Merawat Tradisi dan Kebhinekaan Membangun Semangat Kebangsaan”. Puluhan ribu massa anggota dan tokoh betawi hadir Acara tersebut digelar di kawasan wisata Pantai Festival Ancol, kelurahan Ancol kecamatan Pademangan kota administrasi Jakarta Utara pada Sabtu (29/07/23).
Tapi tradisi itu bukan saja hanya dirawat dan dijaga, tapi juga ditumbuh kembangkan
Ketua Umum/Imam Besar FBR, Kyai H. Lutfi Hakim mengatakan dalam sambutan, Milad XXII FBR merupakan puncak dari rangkaian acara-acara lainnya termasuk istighosah pada Jumat (28/7) malam. Kegiatan juga diisi dengan doa bersama lintas agama untuk pemilu damai.
“Selama ini FBR merawat tradisi dan kebhinnekaan membangun semangat bangsa. Tapi tradisi itu bukan saja hanya dirawat dan dijaga, tapi juga ditumbuh kembangkan. Sebab kalau adat budaya Betawi bukan kita yang jaga, siapa lagi. Untuk itu kita harus jaga dan rawat karena kearifan lokal kita luar biasa, " ujar Lutfi Hakim.
Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata, Marullah Matali (salah satu tokoh betawi) yang datang mewakili Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menyampaikan salam hormat kepada seluruh peserta yang hadir.
“Saya mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-22 kepada segenap jajaran FBR. Mudah-mudahan ini dapat terus dijaga sebaik-baiknya bahkan sampai ulang tahun ke berapapun, ” katanya.
Marullah berharap, ke depan, kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta, FBR, dan Ancol akan memberikan dampak positif bagi semua pihak.
“Saya bahagia melihat kaum Betawi serempuk ini. Rasanya kaum Betawi bisa kompak seperti ini apapun bisa dilakukan dan bisa dapat berkontribusi yang bermakna, baik bagi kaum Betawi, Jakarta dan Indonesia, " ucapnya.
Ketua Panitia Milad FBR XXII, Hj Yusriah (anggota DPRD DKI Jakarta)Ketua korwil jakarta utara, Srikandinya FBR menambahkan, kegiatan ini untuk merawat tradisi kebhinekaan sekaligus membangun semangat kebangsaan.
“Kegiatan dihadiri sekitar 22 ribu pengurus dan anggota FBR dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), ” tandasnya.
Selain diisi dengan pembacaan shalawat dan doa bersama lintas agama, kegiatan juga diisi dengan penampilan tarian Betawi, atraksi pencak silat, dan sajian hiburan musik yang semakin memeriahkan suasana
Sekedar informasi dikutip dari berbagai sumber, Forum Betawi Rempug (FBR) terbentuk tanggal 29 Juli 2001 bertepatan dengan 8 Rabiul Tsani 1422 Hijriyah. Dua Kyai Betawi sebagai pioner FBR yakni, Almarhum Kyai Fadloli El Muhir dan Kyai Lutfi Hakim.
Selain itu ada beberapa agamawan muda Betawi di Pondok Pesantren Yatim Zidatul Mubtadi’ien, Cakung, Jakarta Timur yang ikut mendukung lahirnya ormas betawi tersebut.
FBR lahir berangkat dari suatu keperihatinan terhadap nasib dan masa depan masyarakat Betawi yang secara struktural dan kultural menjadi terasing dan terpinggirkan di kampung halaman sendiri.seperti pepatah ayam mati di lumbung padi.
Gerak perjuangan FBR berlandaskan kepada keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab moral terhadap masyarakat di sekitarnya yang tersisih dan termarginalkan akibat pembangunan ekonomi yang tanpa kompromi.
Para pendiri FBR merasa pembangunan tersebut tidak melibatkan kaumnya. FBR melalui program-programnya berusaha ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik, berdaya guna dan bermartabat.
Sehingga ke depan orang Betawi bisa menjadi tuan rumah di kampungnya sendiri melalui kompetisi secara profesional dan proporsional.
FBR lahir di tengah komunitas sosial masyarakat yang heterogen di Ibu Kota Negara Jakarta, karena seluruh suku bangsa berinteraksi dalam gerak masyarakat yang cepat.
Sebab itu, kemajemukan yang menjadi ciri khas penduduk Jakarta dianggap harus menjadi asset utama dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan moral.
Masyarakat Betawi sebagai warga inti Jakarta memiliki banyak tantangan dalam mengembangkan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk, baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, agama dan lain sebagainya.
Sehingga lahirnya FBR diharapkan masyarakat Betawi dapat menyalurkan aspirasi, mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi tanpa harus menyisihkan etnis lain yang kebetulan hidup berdampingan di bumi Betawi.
Semenjak FBR berdiri, muncul keinginan kuat kaum Betawi dan para simpatisan di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, untuk bersatu dan peduli.
Dengan menyatukan potensi dalam kebersamaan, FBR berani tampil menjadi fungsi kontrol terhadap ketidak adilan dalam segala aspek kehidupan di tengah masyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan moral.
FBR dengan visi misi dan program-programnya, jelas ingin menjunjung tinggi harkat dan martabat kaumnya di tanah kelahirannya sendiri sebagai tujuan akhir, yakni berupa kesejahteraan kedamaian terhadap para anggotanya. serta para simpatisan yang peduli ingin memajukan dan membesarkan FBR.
Walaupun FBR hanya sebuah organisasi massa lokal, namun gerak langkah dan gayanya secara perlahan membuat keberadaannya diakui secara nasional, bahkan dunia. (***)